Selasa, 16 Desember 2008

Temu Artis FIlm Si Jago Merah


Temu Artis FIlm Si Jago Merah



Apa yang biasa terpikir saat mendengar peristiwa kebakaran? Mungkin yang terlintas di kepala adalah di mana lokasi kebakaran, penyebab, korban atau kerugian yang diderita. Jarang sekali ada yang memikirkan mengenai petugas pemadam kebakaran yang perannya sebenarnya sangat penting. Profesi satu ini memang sering terlupakan.

“Dari dulu saya memang ingin membuat film mengenai pemadam kebakaran. Selama ini di Indonesia kan belum ada film mengenai pemadam kebakaran,” kata Iqbal Rais, Sutradara film ‘Si Jago Merah’ di depan sekitar 60 undangan Talkshow The Making of Si Jago Merah. Di acara yang diselenggarakan di ruang Konferensi Universitas Narotama Surabaya, Sabtu (22/11), Iqbal membagi rahasia pembuatan film keduanya. Selain Iqbal, talkshow tersebut juga dihadiri Desta Club 80’s (Gito), Ytonk Club 80’s, Judika dan Tika Putri.

Ketika ditanya, scene apa yang paling susah dalam film ini, menurut sutradara muda yang pernah tinggal di Surabaya ini adalah saat harus membakar sebuah gedung. Gedung tersebut sebenarnya sebuah gedung kosong yang biasa digunakan latihan petugas pemadam kebakaran. Gedung tersebut disulap menjadi seperti museum, lalu dibakar.

“Karena saya rasa kurang bagus dan hasilnya tidak memuaskan, akhirnya diputuskan pengambilan scene itu diulang. Tapi syuting tidak bisa dilakukan hari itu juga karena asapnya belum hilang. Syuting baru kita lanjutkan keesokan harinya,” beber Iqbal.

Dituturkan sutradara film Tarix Jabrix ini, membuat film seperti ini memang tidak mudah. Ada banyak aspek yang harus dipikirkan. Diantaranya faktor keselamatan.

Tidak ingin mempertaruhkan keselamatan kru dan pendukung filmnya selama pembuatan film ini, Iqbal dan timnya sebelumnya telah melakukan riset. Dalam riset, ia selalu ditemani seorang petugas dari dinas pemadam kebakaran Jakarta selama proses pengambilan gambar.

Keempat bintang ini juga menuturkan beberapa pengalaman menarik mereka ketika membintangi film ini. Judika misalnya, pria yang juga penyanyi ini mengatakan dirinya sempat tidak percaya diri dan berniat mundur dari film ini, karena merasa kalah pengalaman dari Desta dan Ringgo Agus Rahman yang dalam film ini berperan sebagai Dede. Namun setelah mendapat dorongan, akhirnya Judika menerima tawaran bermain di film yang menurut Iqbal berbudget di atas Rp 3 M ini.

Baik Judika, Desta maupun Ytonk mengatakan tidak mudah memang membintangi film ini. Meskipun bergenre komedi dan diselipi dengan kisah cinta, namun latar profesi yang mereka perankan dalam film ini membuat mereka harus melakukan usaha ekstra. “Ternyata tidak enteng lo memegang selang air yang digunakan untuk memadamkan api itu. Di adegan yang memperlihatkan kita memadamkan api, kita benar-benar menggunakan masker oksigen yang biasa digunakan petugas pemadam kebakaran,” kata Desta dengan gaya khasnya yang sering mengundang tawa.

Peserta talkshow yang datang dari beberapa SMU dan UKM Sinematografi dari beberapa universitas di Surabaya ini berlangsung meriah. Meskipun terlambat sekitar 45 menit dari jadwal semula, undangan yang ada tetap menunggu dengan sabar. Saat berturut-turut Iqbal Rais, Tika Putri, Judika, Ytonk dan Desta memasuki ruangan, undangan langsung menyerbu ke meja mereka untuk berfoto bersama dan meminta tanda tangan. Merasa kurang puas, sesi foto dan meminta tanda tangan ini dilanjutkan di akhir acara.

Film Si Jago Merah ini menceritakan perjuangan 4 mahasiswa dari berbagai daerah yang harus berjuang mendapatkan uang untuk membayar kuliah. Dengan berpikiran, kebakaran tidak terjadi setiap hari, mereka akhirnya memilih magang dan kerja sambilan sebagai petugas pemadam kebakaran. Kisah berikutnya dipenuhi dengan tingkah polah persahabatan, kisah cinta serta kekisruhan menjalankan tugas sebagai pemadam kebakaran. e2

Narotama Gelar Kegiatan Sosial KeagamaanAjak Anak Yatim Buka Puasa BarengSURABAYA— Datangnya bulan Ramadhan tampaknya menjadi moment yang sangat penting bagi Universitas Narotama dalam mengimplikasikan kegiatan sosial dan keagamaan. Salah satunya dengan menggelar acara buka puasa bersama dengan anak yatim dari lima panti asuhan di Surabaya.

Kelima panti itu adalah panti Adinda (Sidosermo), Ar Rahman dan Al Mahbubah (Bendul Merisi), Arief Rahman Hakim (Jl Deles), serta panti Muhyidin (Gebang Putih). “Kegiatan ini sebagai wujud kepedulian kami terhadap problem sosial, sekaligus berbagi kebahagiaan bersama anak yatim,” terang Rektor Universitas Narotama, H. R. Djoko Soemadijo, saat ditemui di sela-sela acara Selasa (9/9).

Selain berbuka puasa bersama dengan 150 anak yatim ini, Universitas Narotama juga mengajak mereka untuk mengikuti berbagai jenis lomba. Diantaranya, lomba Fashion, Adzan, Tartil Al-Quran, dan Deklamasi.

Djoko mengungkapkan keberadaan kampus sebagai lembaga pendidikan seharusnya tidak hanya menjadi tempat belajar, tapi juga harus bisa mengimplikasikan program pendidikan dengan menjalankan aktivitas yang bermanfaat terhadap orang lain. Seperti melihat kesulitan-kesulitan disekitar kampus. “Mengundang anak yatim untuk berbuka puasa bersama ini juga menjadi konsep pendidikan sosial bagi mahasiswa,” terang Djoko yang selalu melibatkan mahasiswa dalam berbagai kegiatan kampus.

Selain rektorat, program sosial keagamaan juga digalang oleh mahasiswa universitas Narotama dengan menggelar Sahur keliling pada 21 September mendatang. Rencananya, rute yang dituju adalah Menur, Bratang, Wonokromo, Ngagel, hingga kembali ke Jl Arif Rahman Hakim. “Sahur keliling ini akan kita mulai sejak pukul 01.30 dini hari,” katanya.
Semua itu dimaksudkan untuk memarakkan Ramadhan

Tidak ada komentar: